Kemahatahuan Tuhan

— Pembiaran Kejahatan

The Eye of God
The Eye of God
by Colleen D. Gjefle

Hal utama yang paling sering dilekatkan sebagai sifat Tuhan adalah mahatahu (omniscience). Dari sifat itu —yang sering dianalogikan dengan sifat manusia— maka manusia pun beranggapan bahwa Tuhan pastilah mengetahui segala sesuatu hingga yang sekecil-kecilnya.

Lebih lanjut lagi, manusia —dalam keterbatasannya— menyimpulkan bahwa Tuhan bahkan sudah mengetahui segala sesuatunya sebelum sesuatu itu terjadi.

Namun, yang paling celaka adalah ketika manusia menyimpulkan bahwa Tuhan sudah menentukan ketetapan yang tak terubahkan terhadap segala sesuatunya, termasuk orang-orang yang akan masuk surga dan neraka, bahkan sebelum dunia ini diciptakan.

Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.
(Efesus 1:4-5)

Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.
(Yohanes 17:12)

Beberapa ayat itulah yang menjadi dasar pembenar (justifikasi) bagi lahirnya doktrin takdir/predestinasi di kalangan Protestan —yang terutama dirumuskan oleh John Calvin dalam doktrin TULIP— yang mengaitkan kemahatahuan dan kemahakuasaan Tuhan menjadi takdir manusia.

TULIP adalah doktrin mengenai takdir yang disosialisasikan oleh sekelompok pengikut aliran calvinisme, yang merupakan singkatan dari:

  • [T]otal depravity = kerusakan total
  • [U]nconditional election = pemilihan tak bersyarat
  • [L]imited atonement = penebusan terbatas
  • [I]rresistible grace = anugerah yang tidak dapat ditolak
  • [P]erseverance of the saints = ketekunan orang-orang kudus

Untuk memudahkan diskusi ini, kita anggap saja bahwa semua yang tertulis dalam kitab suci itu mutlak benar adanya, demikian juga tafsir-tafsir serta doktrin-doktrin yang diyakini oleh arusutama (mainstream) kekristenan. (Dalam kesempatan lain, bisa saja kita membahas soal inerrancy/ketidaksalahan Alkitab berikut penafsirannya.)

1. Antara Kehendak Tuhan dan Perbuatan Manusia

Jika Tuhan mahatahu, tentu Dia tahu jika seseorang hendak berbuat jahat. Maka, kita dihadapkan pada pertanyaan: Mengapa Tuhan seakan-akan membiarkan terjadinya kejahatan dan penderitaan di dunia ini? Bukankah dengan kemahakuasaanNya Dia bisa mewujudkan semua kehendakNya dengan mudah?

Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sangat mendasar dan kerap diajukan oleh kaum agnostik, freethinker, maupun atheis yang tidak [terlalu] peduli —atau bahkan menampik— soal-soal ketuhanan.

Pertanyaan yang lebih tajam lagi: Jika Tuhan mahakuasa dan sudah menetapkan ketentuannya (baca: takdir) atas alam semesta ini, mengapa manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya? Bukankah Tuhan sendiri yang sudah menentukan segala sesuatunya? Perbuatan kita, apapun itu, adalah kehendak Tuhan. Kenapa kita harus bertanggung jawab atas apa yang ditetapkan oleh Tuhan sendiri?

Bukankah Yesus sendiri tahu bahwa Dia akan dikhianati oleh Yudas sehingga Dia bahkan mendorong Yudas untuk melaksanakan niatnya (bdk. Yohanes 13:27)? Bukankah tanpa pengkhianatan Yudas maka kematian Yesus tidak akan terjadi, yang otomatis akan menghilangkan peristiwa kebangkitanNya, yang pada gilirannya mengakibatkan iman Kristen menjadi kesia-siaan (bdk. 1Korintus 15:14)?

Dengan kata lain, apakah bukan Tuhan sendiri yang menghendaki Yudas Iskariot mengkhianati Yesus? Apakah bukan Tuhan sendiri yang menghendaki terjadinya kejahatan dan penderitaan di dunia ini?

Dari ekstrim-ekstrim di atas, kaum theis akan diperhadapkan pada pertentangan yang membingungkan antara kehendak dan kemahatahuan Tuhan dengan pertanggungjawaban manusia atas perbuatannya. Hal yang tidak ditemukan pada ajaran non-theis yang mengutamakan peningkatan kualitas budi pekerti manusia maupun konsep karma.

2. Antara Kebaikan dan Kejahatan

Kaum theis pada umumnya memegang keyakinan bahwa Tuhan adalah penyebab utama (causa prima, prime mover) atas segala sesuatu. Di lain pihak, kita seringkali melemparkan kesalahan atas munculnya kejahatan di dunia ini kepada sosok yang kita kenal dengan nama Iblis atau Setan.

Kita kembali menemukan dualisme pemikiran yang saling berlawanan tanpa dapat menjelaskan proporsinya.

  1. Jika Tuhan adalah penyebab utama, maka tidak bisa dihindarkan munculnya anggapan bahwa seluruh kejahatan dan penderitaan di atas bumi ini adalah ciptaan dan disebabkan oleh Tuhan juga. Dalam hal ini, Iblis dianggap sebagai ciptaan Tuhan juga.Lantas, apa maksud Tuhan membiarkan Iblis bersimaharajalela dan memiliki pengaruh pada manusia untuk berbuat kejahatan?
  2. Ataukah Tuhan yang merepresentasikan seluruh kebaikan memiliki rival yang setara —yang kita sebut Iblis— yang mewakili seluruh ketidakbaikan? Dalam hal ini, manusia disodori 2 pilihan yang berimbang: Tuhan atau Iblis. Mungkin inilah yang menyebabkan ada manusia yang memutuskan untuk menjadi pengikut Setan dan mendirikan gereja Setan.Lantas, dimana letak kemahatahuan dan kekuasaan Tuhan atas manusia jika ada kekuatan lain yang dapat dipilih oleh manusia, apa pun konsekuensinya?

Ada pendapat ke-3, yang sangat tidak populer di kalangan monoteistik samawi, yang mempercayai bahwa Tuhan memiliki sifat kebaikan dan kejahatan sekaligus dalam dirinya. (Bedakan dengan ajaran yang merepresentasikan kebaikan dan kejahatan dalam 2 sosok [dewa] yang berbeda!)

Kepercayaan ini pernah berkembang di Yunani monoteistik masa lampau yang berbeda dengan politeisme hirarkis dewa-dewi di bawah kepemimpinan Zeus. Tuhan yang bernama Abraxas ini adalah Tuhan yang mahalengkap, yang memiliki sisi putih dan hitam secara bersamaan dan absolut.

Lalu, bagaimana kita sebagai orang Kristen menempatkan dilema-dilema tersebut pada proporsi yang imani sekaligus rasional?

Tidak mudah mencari jawabnya. Kita harus menemukannya dalam dasar-dasar ajaran Kristen sebagaimana yang diwartakan dalam Alkitab. (Ingat, dalam diskusi ini saya mengacu pada posisi yang menyatakan bahwa Alkitab itu bebas dari kesalahan!)

3. Manusia dan Dunia

Setelah manusia Adam jatuh ke dalam dosa, maka tanah (bumi) yang menjadi tempat tinggalnya dikutuk oleh Tuhan. Tanah tidak lagi menjadi penyedia kebutuhan manusia secara mudah. Manusia harus bekerja keras untuk mengolahnya. Tanah menjadi medan perjuangan manusia (bdk. Kejadian 3:17-19).

Pada saat yang bersamaan, Tuhan tidak mengusir Iblis —yang direpresentasikan dalam wujud ular— dari bumi manusia. Namun Tuhan mendeklarasikan pertempuran abadi antara manusia (yang diwakili oleh perempuan Hawa dan keturunannya) dengan iblis dan keturunannya (bdk. Kejadian 3:14-15).

Bila kita kaji lebih teliti, kisah Kejadian 3 dalam Alkitab menyiratkan bahwa manusia sesungguhnya sudah memiliki kebebasan (free will) untuk memilih antara perintah Tuhan dengan bujukan Iblis, bahkan sebelum pengetahuan itu menjadi milik manusia.

Dengan demikian, manusia mengemban 2 kewajiban di dunia, yakni: bekerja mengolah bumi demi kehidupannya dan bertarung melawan kekuatan Iblis (kejahatan). Tetapi, pada saat yang bersamaan, manusia memiliki kebebasan untuk menetapkan pilihan keberpihakannya.

Apakah dengan demikian Tuhan kehilangan kekuasaanNya atas manusia dan dunia? Apakah dengan demikian Tuhan tidak mahatahu lagi? Dan dimana letak tanggung jawab manusia kepada Tuhan?

4. Konsep Probabilitas

Saat ini begitu banyak permainan (games) dalam komputer atau playstation yang bersifat interaktif. Kita dapat memainkannya sesuka hati kita. Dalam hal ini, kita memberikan masukan (input) kepada komputer dalam bentuk data melalui mouse, keyboard, atau joystick.

Dalam setiap situasi, masing-masing pemain bisa memberikan masukan yang berbeda sehingga hasilnya pun akan berbeda antara pemain yang satu dengan yang lain. Namun demikian, tetap ada aturan yang harus dipatuhi oleh setiap pemain guna mencapai tujuan utama (ultimate goal) permainan tersebut. Setidak-tidaknya, kita harus menggunakan tombol tertentu dengan cara tertentu untuk menjalankan permainan. Kita tidak bisa seenaknya memberikan masukan jika ingin mencapai keberhasilan.

Kita bisa menganalogikan tujuan utama permainan tersebut sebagai keselamatan kekal dan aturan-aturannya itu sebagai tuntunan dasar (manual, handbook, user’s guide) yang diberikan Tuhan melalui Kitab Suci dan hukum alam.

Dimana letak kekuasaan Tuhan dalam hal ini?

Letaknya adalah di dalam kesempurnaan algoritma pemrograman permainan yang mengantisipasi segala kemungkinan masukan yang diberikan oleh pemain. Dalam hal ini, setiap langkah pemain akan memberikan tanggapan atau hasil tertentu yang akan mempengaruhi keseluruhan jalan dan hasil permainan. (Kecuali pada program yang belum tuntas sehingga menghasilkan error atas suatu masukan yang tidak terduga.)

Misalkan dalam permainan sepakbola. Setiap tendangan seorang pemain akan menghasilkan reaksi pada pemain-pemain lain. Setiap tendangan seorang pemain akan mengubah kemungkinan jalan dan hasil akhir permainan. Tidak ada permainan yang persis sama.

Lalu, dimana letak kemahatahuan Tuhan?

Letaknya adalah dalam setiap peluang (probabilitas) yang mungkin timbul. Sebuah masukan akan menghasilkan banyak kemungkinan, dimana setiap kemungkinan tersebut akan menghasilkan banyak cabang kemungkinan lainnya seperti dalam sebuah deret hitung eksponensial pangkat tak terhingga.

Dalam hal ini Tuhan sudah tahu hasil akhir dari setiap percabangan yang tak terbilang jumlahnya itu.

5. Kehendak Tuhan dan Kebebasan Manusia

Lantas, mengapa Tuhan tidak serta-merta menentukan percabangan mana yang harus terjadi? Bukankah Tuhan menghendaki agar manusia taat pada perintah-perintahNya? Bukankah Tuhan ingin manusia hidup dalam kebaikan dan menjauhkan kejahatan?

Untuk itu, kita harus kembali merenungkan konsep probabilitas di atas:

  1. Tuhan sebagai penyedia algoritma program dan media interaktifnya.
  2. Manusia sebagai pengolah permainan (=dunia).
  3. Adanya petunjuk dasar guna mencapai tujuan utama permainan.

Tuhan menginginkan kita menemukan percabangan yang terbaik. Tuhan ingin manusia berikhtiar dalam mengemban 2 kewajiban dunianya. Tuhan menginginkan kita mencari Kerajaan Allah, bukan menyodorkannya bulat-bulat pada kita. Seek and ye’ shall find (bdk. Matius 7:7).

Apakah dengan demikian manusia tidak bisa sekehendak hati memainkan permainan tersebut? Bisa saja. Risikonya adalah tidak mencapai angka tertinggi atau kalah atau malah gagal sama sekali (disqualified).

Di pihak lain, dengan menggunakan kemampuan akal-budinya dalam menafsirkan petunjuk dasar tersebut, manusia dapat melakukan kombinasi-kombinasi teknik dan terobosan (breaktrough) yang mengagumkan. Namun demikian, tidak berarti bahwa petunjuk dasar tersebut lantas menjadi percuma. Itu tetap menjadi penuntun dalam menentukan pilihan tindakan dalam pencapaian tujuan utama.

Apapun yang kita lakukan, kita akan tetap bermain dalam koridor algoritma probabilitas tersebut. Letak persoalan sesungguhnya adalah: apakah kita melakukan demi kebaikan bersama ataukah demi pemuasan diri sendiri? Di situlah letak pertanggungjawaban kita sebagai orang Kristen (bdk. Matius 6:33).

Pada akhirnya, permainan yang baik selalu terbuka pada setiap kemungkinan. Di situlah kita menemukan kegembiraan bermain dan belajar di panggung kemuliaan Tuhan, theatrum gloriae Dei.

Tentang hubungan antara kemahatahuan Tuhan dengan doa manusia akan saya tulis dalam posting terpisah. Kalau sempat 😦

— Kamis, 24 April 2003 02:08

From: JhonSihaloho@…
To: hkbp@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, April 23, 2003 8:42 AM
Subject: [hkbp] Q : Tuhan Mahatahu

Hi all,

Tadi malam ada diskusi yang agak berat dengan teman teman, ringkasnya adalah kami sedang membahas bahwa Tuhan itu mahatahu, bahkan sebelum manusia itu berbuat, Tuhan sudah tahu (band. Maz 139). Pertanyaan lugu dan sulit ku jawab adalah,

  1. kenapa kalo Tuhan udah tau kita akan berbuat jahat, tidak langsung dihentikanNya/dilarangNya?
  2. Tuhan pasti tau kebutuhan manusia (saya), kenapa saya harus minta sama Tuhan ???
  3. Tuhan yang memenuhi kebutuhan manusia, untuk apa saya berdoa?? bukankah Dia tahu apa yang saya butuhkan dan tahu apa yang akan terjadi pada saya ?

mohon pencerahan

ohoyangtidakpuasmemberikanjawaban

1 Comment

Filed under tuhan

One response to “Kemahatahuan Tuhan

  1. dear alof GREAT article..kalau anda berkenan silahkan menjadi penulis tetap di http://in-christ.net/ langsung daftar di sini http://www.in-christ.net/user/register

    Soli Deo Gloria

Leave a comment